PROFIL KAMPUNG WISATA NINDI IKMAL-HOW
Prolog :
Kampung NINDI IKMAL-HOW adalah perkumpulan Suku terbesar yaitu Suku Winang Walianggen.
Suku Winang Walianggen adalah perkawinan silang antara marga Walianggen dan Walilo, Walianggen dan Wandik, Walianggen dan Wilil, Walianggen dan Peyon, Walianggen dan Pahabol, Walianggen dan Mabel, Walianggen dan Yewikon, Walianggen dan Salag. Termasuk kesaruan Marga Walianggen Kepno, Yare Mabel, Peyon Alua, Wali Mabel, Wilil Faluk, dan Wandik Walilo.
Suku besar Winang Walianggen sejak leluhur mendiami Kampung yang bernama Malinwareg - Howursili. Sekarang disebut Apahapsili.
Klan lain hidup nomaden sementara klan Winang Walianggen tetap berkehidupan di Kampung NINDI IKMAL-HOW hingga Injil masuk pada tanggal, 10 September tahun 1965.
Injil diterima oleh Bapak Witmu Waya Kowon Walianggen. Bapak Witmu Waya Kowon Walianggen ialah seorang Kepala Suku ternama dan terkemuka sepanjang sejarah perang sekaligus sepanjang peradaban Suku-suku di Apahapsili.
Di sisi fihak lain, Bapak Witmu sebagai Kepala Suku Besar dan Terkemuka, juga di sisi fihak lain Bapak Waya menjadi Panglima Perang tanpa tergantikan.
Sampai akhirnya pada tanggal, 10 September 1965 Bapak Kowon menerima Injil dengan ketulusan dan kesungguhan hati serta membakar segala kepercayaan berhalanya.
Keturunannya sebagai Kepala Suku pengganti saat ini dijabat oleh Bapak Isak Walianggen ialah Penginjil mula-mula.
Bapak Isak Walianggen tanpa tamat Sekolah Dasar namun dengan kekuatan iman nurani tahu baca, tahu tulis, dan tahu hitung sehingga Pekabar Injil (Pdt. Helmuth Bentz) memberikan kepercayaan pelayanan sekaligus mengutus Bapak Isak Walianggen ke Daerah Perang.
Daerah Perang yang diwartakan Injil :
1. Sibi,
2. Pondeng,
3. Yahuli,
4. Sali,
5. Modeg,
6. Wilareg,
7. Poholanggen,
Dan, sampai ke Sentani pada tahun 1977 - 1980. Bapak Kepala Suku Isak Walianggen tinggal di Hawai yang saat ini berkantor PUSPENKA.
Selama masa hidup Bapak Isak Walianggen menjawab sebagai Kepala POS PI selama 12 tahun, Kepala Lingkungan 5 Wilayah selama 5 tahun, Aparat Desa Induk Apahapsili selama 7 tahun, Komandan HANSIP selama 20 tahun, dan Penginjil seumur hidup hingga detik ini. Usianya mencapai 92 tahun tapi masih kuat dan sehat.
Keturunannya benama Ismael Walianggen ialah Penanggungjawab Ikatan Keluarga Malinwareg - Howursili (IKMAL-HOW) dan Penanggungjawab Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS) juga sebagai Direktur CV. SWIIS yang saat ini aktif produksi Nanas Kopi (NAPI) hasil budidaya Buah Nanas dan Kopi Arabika Jantan di Kebun IKMAL-HOW.
Saat ini menjadi vasilitator dan promotor pendirian Kampung Wisata NINDI IKMAL-HOW.
Alasan mendirikan Kampung Wisata NINDI IKMAL-HOW didorong oleh nurani luhur tanpa paksaan siapapun dari manapun. Namun, setelah melihat, merasakan, mendengar, dan menyentuh penderitaan masyarakat atas kelemahan juga kekurangan bahkan keterbatasan ekonomi utk mendorong anak-anaknya sekolah sampai kuliah terutama jaminan makan minum menjadi faktor utama sehingga saya Ismael Walianggen anak kandung dari Kepala Suku Bapak Isak Walianggen adalah cici dari Kepala Suku Bapak Waya Witmu Kowon Walianggen.
Ketekunan saya lebih kepada produksi pangan lokal berupa Buah Nanas dan Bini Kopi. Kedua komoditi lokal ini memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi serta berkasiat bahkan berfaedah bagi kesehatan tubuh konsumtif.
Menyadari faedah tersebut, saya membentuk organisasi kecil yaitu IKATAN KELUARGA MALINWAREG - HOWURSILI (IKMAL-HOW) yang berdisiplin budi daya buah Nanas Kopi yang disebut NAPI.
10.000 Hektar masing-masing kebun budidaya buah Nanas jenis Madu Super 7000 Hektar dan 3000 Hektar Kopi Arabika Jenis Jantan.
Lahannya pribadi panten hak pakai. Tanpa perantara tanpa kepemilikan orang lain. Sesungguhnya asli kepemilikan sendiri.
Sejak tahun 2002 perjuangan saya dirikan IKMAL-HOW hingga tahun 2014 dikukuhkan menjadi organisasi mitra Pemerintah melalui KESBANGPOL Kabupaten Yalimo.
Selanjutnya IKMAL-HOW dikukuhkan menjadi POKDARWIS dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Papua pada tahun 2020 bulan Agustus tanggal 19 di Kampung Wisata NINDI IKMAL-HOW.
Kampung Wisata NINDI IKMAL-HOW disiapkan sejak tahun 2002 karena adanya potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia yg sangat cukup mumpuni bahkan siap menunjang ekonomi masyarakat.
Dengan skill dan kreatifitas saya membentuk Ikatan tersebut sekaligus hendak memperjuangkan Kampung tersebut dengan landasan potensial ekonomis yaitu :
1. Budidaya Buah Nanas Jenis Madu Super secara Kearifan Lokal, yang produknya sudah dipasarkan ke dalam negeri maupun keluar negeri. Produknya selai, sirup, sabun mandi, parfum, pengharum ruangan, gula-gula permen, odol, alkohol, minyak goreng, dan ramuan.
2. Budidaya Biji Kopi Arabika jenis Jantan secara kearifan lokal, yg produknya dipasarkan kedalam negeri maupun keluar negeri. Produknya berupa Nanas Kopi (NAPI), alkohol kolaborasi rasa Nanas, serta ramuan Nanas Kopi.
3. Budidaya Singkong, yg produknya susu, tapioka, tepung, kripik, krupuk, dan ramuan air singkong.
4. Budidaya Kacang Tanah, yg produknya minyak goreng, susu, kue kering, dan gorengan kering serta ramuan kacang.
5. Budidaya Sagu, yg produknya Popmie, papeda kering hasil barapen, kue kering, tepung sagu, dan ramuan Sagu.
Potensi ekonomi tersebut sudah kami olah dan pasarkan. Sebagai buktinya terpotret pada gambar dan video di galeri dan media sosial kami pada Jadesta.
1. Budidaya Buah Nanas Jenis Madu Super secara Kearifan Lokal, yang produknya sudah dipasarkan ke dalam negeri maupun keluar negeri. Produknya selai, sirup, sabun mandi, parfum, pengharum ruangan, gula-gula permen, odol, alkohol, minyak goreng, dan ramuan.
2. Budidaya Biji Kopi Arabika jenis Jantan secara kearifan lokal, yg produknya dipasarkan kedalam negeri maupun keluar negeri. Produknya berupa Nanas Kopi (NAPI), alkohol kolaborasi rasa Nanas, serta ramuan Nanas Kopi.
3. Budidaya Singkong, yg produknya susu, tapioka, tepung, kripik, krupuk, dan ramuan air singkong.
4. Budidaya Kacang Tanah, yg produknya minyak goreng, susu, kue kering, dan gorengan kering serta ramuan kacang.
5. Budidaya Sagu, yg produknya Popmie, papeda kering hasil barapen, kue kering, tepung sagu, dan ramuan Sagu.
Adapun ketertarikan wisatawan berkunjung ke Kampung Wisata NINDI IKMAL-HOW sebagai berikut :
1. Air Terjun Kali Lek bernama Meyumen Hul. Dalam bahasa Yali "Meyumen Hul" yg arti dalam Bahasa Indonesia : Meyumen artinya Cenderawasih. Hul artinya Terjun. Jadi, Meyumen Hul berarti Air terjun persis bulu ekor Cenderawasih dan Burung Cenderawasih terbang Terjun naik turun area air terjun tersebut.
2. Penemuan artefak : Tulang Manusia Purba zaman Air Bah Nuh. Ini benar adanya di area Kampung Wisata NINDI IKMAL-HOW.
3. Gua Terkeramat : Ini jalan penghubung Distrik Apahapsili dan Kabupaten Jayawijaya.
4. Gua tersimpannya Batu Delima (Batu Alam) yg menyalanya berwarna warni entah siang maupun malam.
5. Permandian Burung Pembawa Kabar Berita Baik dan Buruk. Tempatnya pas di area Kampung Wisata NINDI IKMAL-HOW.
6. Homestay : tempat kolam renang dan beristirahat berna Kali Pierik ber kolam 8 masing-masing bernama Hilami, Porik Ag Ik, Pisag Awim, Sag Iwiliwig, Wambumu Wiliwig, dan Selde.
7. Peninggalan Pemerintah PNG : Perbatasan PNG - Indonesia. Pas terdapat di area Kampung Wisata NINDI IKMAL-HOW.
8. Museum Peninggalan Misionaris Jerman sejak tahun 1965.
9. Kuliner Lokal : Masakan Barapen, Nanas Tumpeng, Makan Papeda Panas tanpa senduk tanpa piring, Daging Bambu, dan lain-lain.
10. Minuman Jamu Sehat : Air Singkong Mentah, Air Kacang Mentah, Air Nanas Mentah, Air Kopi Mentah, Air Bambu. Kesemuanya ini diperas dan diminum tanpa rebus atau masak.
11. Ramuan Asli : Air Nanas Kopi (NAPI), Air Nanas Kacang (NAKA), Air Nanas Singkong (NASI), dan Air Nanas Sagu (NASA).
12. Pengobatan Tradisional : Luka Bakar atau Luka Tusuk atau Luka Tikam dibalut dengan Air Sagu bersama Daun Keladi Liar, dan lain-lain.