"LEM - LENG UAG"
Dahulu kala Nenek Moyang menurunkan cerita fakta kepada keturunan. Turun-temurun menceriterakan sampai saat ini dan masih diceriterakan dengan adanya tulang-belulang Moyang. Tulang-tulang Moyang sunggu ada sampai saat ini di gua tersembunyi. Keberadaan gua tersimpannya tulang belulang Moyang sangat jauh di atas gunung. Nama gua dimaksud yaitu "LEM - LENG UAG".
Lem-leng Uag adalah sebutan bahasa Yali Ap Ag'-ap Sili. Sebutan dalam bahasa Indonesia yaitu " Tulang - Belulang". Arti sempit dari Lem-leng Uag adalah bunyi getar gerak ketika disentuh atau ditiup angin. Bunyi itulah dapat dinamai Lem-leng Uag. Sementara arti umumnya adalah Lem berarti lunak, lembut, lemah, dan mudah bunyi ketika ditiup angin dan bila terbenturan. Leng artinya satuan wujud. Dan, Uag berarti tulang. Jadi, Lem-leng Uag adalah Tulang Manusia. Disebut tulang Manusia karena bunyi dapat memberikan jawaban.
Singkat ceritera diturun-temurunkan Nenek Moyang seperti berikut : "O indam sialu osirt surukmen ikusien yag'-arapag. Yag'-aratuklirt kinang mel iangge-tiangge hondosiwag. Hondosuruken Aphe malik tom unggulmu owikelma hirag'-olapag. Aphe malik nin warapag eke nin ineluk wikapag. Ineluk wilapag'-on itmano sug'-ulikambik wapag. Arirog'-o seg apag ulug ondog'-omanggefam yig-hiyag isaruklapag", (Dahulu kala dilamda hujan lebat berhari-hari sampai air mengolam dan menelan segala isinya sehingga Bapak Ibu Anak memanjat gunung (menyelamatkan diri) tinggal di dalam gua. Bapak Ibu Anak sebagai mati dan sebagiannya kembali ke tempat tinggal setelah surut. Kisah nyata itu diceritakan turun-temurun).
Musibah dasyat tersebut baru diketahui dalam ayat Alkitab dengan khotbah oleh Pdt., Helmuth Bentz pada peribadatan setelah Injil Tuhan diterima. Bahwa, itu adalah air Bah. Berikut tulang-belulang adalah bukti dari ceritera Moyang atas kejadian musibah di zaman Nuh :
Dengan adanya fakta sejarah ini maka kami berjuang mendapatkan pendirian Kampung Wisata karena saya tarik dengan keunikan kisah nyata tersimpan rapi dan terjaga ketat.
Hanya tulang-belulang tertentu dari Klan khusus masih tersimpan yaitu Klan Winang Walianggen (Walianggen dan Walilo). Kedua Klan ini sejak Moyang sudah menjadi satu bahkan kawin pun bersilangan dari kedua marga tersebut saja. Saat ini disebut Suku Winang Walianggen merupakan perkawinan dan menjadi satu dari marga Walianggen dan Walilo.
Selain yang dikisahkan itu, ada tulang-belulang yang tersimpan pada gua terkhusus sebagai akibat dari kematian sehingga dikremasikan dengan ramuan adatis tanpa dibakar atau dikubur. Karena gua tempat menaruh mayat penuh, akhirnya cara mengatasi mayat diubah menjadi pembuangan di kali besar yang bernama Hawie. Lambat laun, disadari membahayakan hidup orang lain ketika dilempar buang mayat ke kali maka diubah sistemnya menjadi pembakaran. Sampai saat ini sistem pembakaran mayat masih dilakukan selain sebagian orang mengunakan cara penguburan mayat.
* Catatan : "masih banyak tulang-belulang yang disimpan Nenek Moyang sampai turun-temurun juga menjaga dan merawatnya karena memiliki kisah di luar nalar. Maksudnya, sebelum Injil tiba bahkan belum mengetahui isi Alkitab tapi Nenek Moyang meyakini adanya sosok terkuat yang menggonjangkan bumi sehingga terjadi bencana dasyat. Karena itulah alasan kami sebagai keturunan Moyang masih menyimpan dan menjaganya".