"KAMPUNG SAGU"
(YASI OLUNMU)
Distrik Ap Ag'-ap Sili yang biasanya disebut Apalapsili oleh Pemerinta Pusat dan Apahapsili oleh Sinode GKI adalah Wilayah teritori yang kaya dengan sumberdaya alam. Salah satu yang memperkaya rumah tangga dari segi ekonomi sebenarnya adalah "SAGU". Dalam bahasa Yali Ap Ag'-ap Sili disebut "Yasi atau Pie". Sagu yang ada di Distrik Ap Ag'-ap Sili memiliki 3 (tiga) ragam jenis.
Adapun ketiga ragam jenis Sagu dimaksud masing-masing dengan nama yaitu :
1. Sagu Bernama Imani : " Olahannya kemerahan warna teh tua. Bila dijadikan papeda menjadi karet tapi uniknya memiliki warna seperti air teh tua kemerahan. Rasanya berbeda dari jenis Sagu yang lain. Sagu jenis ini ditanam dan dipelihara oleh Klan Walianggen dan Walilo. Sagu ini tidak memiliki duri pada pohonnya maupun daun dahannya.
2. Sagu Bernama Alise : "Olahannya Cokelat terang dan biasanya disebut Sagu karet karena isinya bila dijadikan papeda justru menjadi karet. Sagu jenis ini banyak terdapat di teritori Kampung Hubliki, Panggerum, Babtekma, Panggeinggama, Hawieluluk, dan Winag'-ikwaling. Sagu ini berduri pada pohon juga pelepa pohonnya termasuk dahan daunnya. Dan, dipelihara oleh Klan Peyon Alua. Klan tersebut memiliki gaya hidup yang unik dan aneh. Karena tanpa piring tanpa sendok bila makan menikmati papeda. Langsung disantap meski baru jadi papeda masih sangat panas. Bagi Klan ini tidak panas sedangkan bagi tamu pengunjung tidak mampu menyamai cara makannya".
3. Sagu Bernama Komlo : " Olahannya sangat bening jernih. Biasa disebut Sagu putih karena isinya sebelum jadi papeda putih bagai salju. Lembut dan halus bila dijadikan papeda. Sagu jenis ini memang terdapat duri pada pohon pelepanya dan daun dahannya. Sagu jenis ini yang biasanya dipakai sebagai obat penyembuh sakit bahkan bila ada orang yang sedang kena luka bakar atau luka air panas, solusi obatnya gosok sari Sagu ini. Dan, sagu jenis ini ditanam dan dipelihara oleh Klan Walianggen".
Masing-masing dengan kelebihan multi fungsi dari ketiga sagu tersebut konon diyakini sebagai pemberi kehidupan karena disetiap ada musim kelaparan maka Sagu menjadi jawaban alternatifnya. Dengan hasil olahan sahu dikala itu Moyang dan Leluhur barteran. Budaya barter dilakukan sampai Injil Tuhan hadir. Di satu fihak menyediakan daging babi hutan atau kus-kus hasil buruan maka di fihak lain menukar dengan Sagu hasil togok ramas. Atau, bila ada orang yang sakit dalam organ atau sakit luka bakar atau sakit luka kena air panas maka solusi obatnya dilayani dengan ahli medis (pengobatan kuno) dan sebagai bayarannya menukar dengan daging buruan.
Jenis Sagu merah (Imani) tumbuh pendek dan isinya padat. Tingginya mencapai 50 meter. Sementara Sagu jenis cokelat muda (Alise) tumbuhnya sedang dan padat pula isinya. Tingginya 75-80 meter. Sedangkan Sagu jenis bening jerni (Komlo) tumbuhnya tinggi dan panjangnya hingga 100 meter dan padat isinya.
Pohon Sagu bila umurnya mencapai panen akan kelihatan dengan berbuah. Buah Sagu dipetik dan dikeringkan dan usai melobangi kemudian dianyam sebagai kalung perhiasan dansa adatis. Selain itu dikenakan dalam kepentingan meminang perempuan (wanita) sesuai kesepakatan dan persetujuan orang tua kedua bela fihak.
* FUNGSI KEGUNAAN & MANFAAT :
Daun Sagu ada 3 (tiga) fungsi kegunaan yang dimanfaatkan yaitu :
1. Daun Sagu yang mentah (yang belum kering) dianyam untuk atap Honai dan atap pondok pertanian serta atap rumah peternakan.
2. Daun Sagu yang mentah (yang belum kering) dipakai untuk pembungkus hasil ramasan Sagu, pembungkus papeda, dan pembungkus perburuan di hutan.
3. Daun Sagu mentah maupun yang kering biasanya digunakan sebagai penyaring kotoran dari air kali bila hendak pakai masak atau pakai minun, itupun jika ari kalinya bekas banjir dan kabur kebanyakan kotoran.
Kulit Sagu ada 3 (tiga) fungsi kegunaan yang dimanfaatkan yaitu :
1. Pohon Sagu setelah isinya diambil dan kulitnya dipakai sebagai papan penutup fentilasi atau celah Honai dan rumah ternak babi atau anjing atau ayam peliharaan.
2. Kulitnya digunakan menjadi pagar ternak dan pagar kebun agar ternak tidak merusak tanaman bahkan dipakai menjadi papan jembatan.
3. Kulit Sagu diolah menjadi busur anak panah, gepe-gepe (mulut dua) untuk bolak-balik ubi atau keladi atau sayur lilin atau serupa lainnya yang berproses bakar di tungku api, dan kulit sagu juga diolah menjadi garpu pemakan papeda atau ubi rebus panas dalam dandang.
Pelepa Sagu ada 3 (tiga) fungsi kegunaan yang dimanfaatkan yaitu :
1. Dibersihkan dan diolah menjadi palungan (yang dalam bahasa Yali Ap Ag'-ap Sili disenut Walu Ku) berukuran besar, sedang, dan kecil. Ukuran besar ditetapkan menjadi tempat ramas buah merah, tempat bikin menjadi papeda, dan isi hasil barapen (bakar batu) dan antar ke Honai atau antar kepada tamu pengunjung. Ukuran sedang dijadikan sebagai penimba air minum, air cuci, air masak, dan air mandi. Sedangkan ukuran kecil diperumtukan tempat isi makanan dan menikmatinya.
2. Pelepa Sagu dibersihkan dan digunakan sebagai pengalas tidur di Honai Laki-laki bagi Laki-laki segala usia dan di Honai Perempuan bagi Perempuan segala usia.
3. Pelepa Sagu dibersihkan dan dimanfaatkan saat situasi darurat. Misalnya hujan deras bila lupa bawa serta "ILIRT" yaitu payung asli dari daun Kelapa hutan.
Duri Sagu ada 2 (dua) fungsi kegunaan yang dimanfaatkan yaitu :
1. Diri Sagu dipakai untuk mengeluarkan duri apapun yang tanjap ke telapak kaki atau telapak tangan atau di badan atau di kepala. Artinya, jarum alternatif.
2. Penusuk atau tusuk ukat satu atau ukat pohon atau ukat ranting pohon yang hendak dibakar pada bara api. Duri ssgu ini dimanfaatkan darurat bila tidak ada jarum.
Gaba-gaba Sagu ada 4 (empat) fungsi kegunaan yang dimanfaatkan yaitu :
1. Gaba-gaba Sagu yang kering digunakan menjadi pengganti balok atau kayu buah atau papan pada penutup celah dinding, penutup celah lantai, dan dimanfaatkan sebagai penutup atap kandang ayam. Parktis dan ringan meski daya tahan tidak sampai dua tahun lebih namun senantiasa rajin di ganti bila rusak.
2. Gaba-gaba sagu yang kering dipakai menjadi bahan bakar masak nasi, masak sayur, masak hasil tani dari dapur. Atau, dibakar untuk sesaat mengeringkan tubuh karena kehujanan atau memang karena kedinginan. Sedangkan gaba-gaba Sagu yang basah (tidak kering) dapat dipergunakan menjadi papan lantai atau papan dinding Honai atau digantikan kayu buah untuk rakit para-para tempat peristirahatan.
Lidi Sagu ada 3 (tiga) fungsi kegunaan yang dimanfaatkan yaitu :
1. Dibersihkan ambil lidi dari daunnya dan dipakai menjadi runcingan busur untuk panah ikan lohan atau ikan lele di kolam Kali Pierik.
2. Dianyam menjadi tempat taruh ubi atau keladi panas yang baru usasi masak atau bakar dari tunku api atau wajan.
3. Diruncing menjadi alat bantu tusuk tali perut babi sembelihan, ayam atau kus-kus sembelihan untuk dibakar pada bara api.
Bertalian dengan pemanfaatan tersebut, pohon Sagu isinya diuangkan. Meningkatkan nilai ekonomi rumah tangga. Lebih luasnya lagi hasil olahan sagu mampu telah mendukung pemekatan Kabupaten Yalimo.
Faktanya sebagaimana adanya kehidupan masyarakat Yali Ap Ag'-ap Sili pada umumnya tentu tidak terlepas dari kehidupan komunal. Di mana, masyarakat berkehidupannya bertani atau berkebun atau bercocok tanam, berburu, memancing ikan, dan membudidayakan Sagu sekaligus menebang pohon Sagu serta mengolahnya dan mengonsumsi selain menjual. Sagu benar-benar menunjang kebutuhan masyarakat setempat terutama pendapat ekonomi rumah tangga teratasi.
Sagu atau dalam bahasa Yali Ap Ag'-ap Sili Yasi atau Pie adalah makanan pokok masyarakat Yali Ap Ag'-ap Sili selain budidaya Ubi dan Keladi serta sayuran juga buah-buahan. Sagu tentu sudah berperan penting dalam kelangsungan hidup masyarakat Yali Ap Ag'-ap Sili sejak konon zaman Leluhur Moyang hingga kini.
Dianggap sebagai Laki-laki yang bertanggungjawab dalam segala sisi, bahkan diakui sebagai sosok sebagai seorang Pria Yali Ap Ag'-ap Sili adalah dilihat dari kedisiplinan hidupnya sehingga pada titik temu menjadi wajib hukumnya untuk mengetahui dan melaksanakan proses penebangan, proses penogokan, peramasan sagu, dan proses pengolahan hasilnya. Esensinya manusal tanpa bantuan alat canggih.
Dalam kelangsungan bahtera hidup berkeluarga, selain peran Laki-laki selaku sosok Bapak atau Ayah di atas, tentu peran sosok Perempuan selaku Ibu rumah tangga juga di butuhkan dan Perempuan berperan penting serta aktif dalam proses peramasan sagu sekaligus pemasatannya.
Mengenai Sagu (Yasi atau Pie) dan proses perjuangan untuk pemekaran sekaligus berdirinya Kabupaten Yalimo, sejatinya Sagu dengan pengolahan hasilnya mampu meraup nilai ekonomi sehingga sanggup mendukung finansial Tim pemekaran Kabupaten Yalimo. Bahkan, sampai saat ini sejak dahulukala Sagu mempunyai nilai jual yang sangat fantastis karena faedah bagi kesehatan tubuh konsumtif selain memberikan keuntungan finansial yang lebih dari cukup.
Memang dalam faktanya, perjalanan Sagu (Yasi atau Pie) sudah berkontribusi besar untuk mendatangkan Kabupaten Yalimo. Ya, memang benar adanya fakta bahwa Kabupaten Yalimo dimekarkan bahkan hadir di teritori Yalimo tentu tidak terlepas dari peran Sagu (Yasi atau Pie) dalam menunjang kebutuhan finansial mendongkrak Tim pemekaran Kabupaten Yalimo.
Standar yang dilakukan dalam perjuangan menghadirkan Kabupaten Yalimo adalah keja maraton kerja semut. Sejak konon memang orang Yali Ap Ag'-ap Sili merupakan jenis Manusia Semut. Artinya, hidup bergotong-royong. Seperti satu sakit semuanya sakit. Satu lapar semuanya lapar. Satu haus semuanya haus. Satu kenyang semuanya kenyang.
* CERITA LELUHUR :
Hiduplah dua sejoli di Kampung Ap Ag'-ap Sili. Dalam berkehidupan kedua sejoli itu budidaya utama adalah Sagu (Yasi atau Pie) yang dalam buku berjudul : "Pohon Yeli dan Mitos Wam dalam Agama Orang Yali", yang ditulis oleh Dr. Siegfried ZolZollner merupakan akil balik dari sebagian kisah sejarah Leluhur Moyany. Berkaitan erat dengan cerita yang dikisahkan Leluhur Moyang ditulis dalam buku tersebut meskipun tidak selengkap kisah nyata tentang Sagu yang dibudidayakan kedua sejoli.
Kilas balik cerita kisah nyata yang sampai saat ini diceriterakan kepada kami bahwa, di semua wilayah teritori Papua ini belum tertanam Sagu, hanya tertanam di teritori Yali Ap Ag'-ap Sili. Setelah musibah dasyat terjadi seperti banjir bandang, segala yang ada di tanah teritori Ap Ag'-ap Sili dibawa serta arus pergi ke hilir sampai tiba di Sungkanapura yang sekarang disebut Jayapura. Terutama Sagu yang dibawa pergi arus terdapat di Sentani. Bahkan, banjir bandang itu berhenti menjadi Danau Sentani.
Nama dan status kedua sejoli dimaksud masih menjadi rahasia misteri. Sedikit cerita fakta terkuliti meski jantung dan nadi ceritanya belum bahkan dirahasiakan. Entah sampai kapan ditunjukkan fakta cerita berkisah nyata itu. Hanya diketahui dengan adanya bukti fisik seperti Sagu yang ada di Ap Ag'-ap Sili ada di Sentani, Ikan Lohan yang ada di Danau Sentani ada di Kali Pierik, Marga-Klan yang ada di Sentani ada di Ap Ag'-ap Sili. Budaya keadatan yang dilakukan seperti Tifa berkulit manusia yang ada di Sentani konon ada di Ap Ag'-ap Sili hingga masih dirahasiakan.
* Keterangan : "Kenapa saya menyebut Kampung Sagu dalam bahasa Yali Ap Ag'-ap Sili disebut Yasi Olunmu, adalah tempat adanya Sagu sejak dahulu kala sebelum Injil Tuhan hadir dan sampai saat ini masih ada bahkan tetap ada terjaga turun-temurun sehingga cerita fakta sejarah ini saya tuangkan agar diketahui bersama".
* Catatan : "Ini kisah nyata dan bukti sisiknyapun masih terjaga secara rahasia termasuk komoditi alam diolah sebagaimana melangsungkan hidup. Tentu ini bukan karangan atau mitos belaka tapi sesungguhnya fakta sejarah yang masih ada dapat saya utarakan kembali".
*